Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Juni 2016

Anggota DPR : Kalau Ada yang Lebih Bagus dari Sukhoi Su-35, Bisa Diubah

01 Juni 2016


Pesawat Sukhoi T-50 PAK-FA secara teknologi lebih bagus dari Su-35, bahkan memakai jenis mesin yang sama yaitu Saturn AL-31, namun masih belum dijual oleh Rusia (photo : 61ee)


BANDUNG, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin mengatakan, Indonesia belum pasti membeli 10 unit pesawat tempur jenis Su-35 (NATO: Flanker-E) buatan Sukhoi dari Rusia.

"Kalau mungkin ada yang lebih bagus dari Sukhoi, lebih murah dan secara politis lebih baik, ya bisa jadi diubah," ujar Hasanuddin saat ditemui di Kompleks Universitas Padjajaran, Bandung pada Selasa (31/5/2016).

Hasanuddin mendapat informasi bahwa Indonesia dan Rusia masih terus berkomunikasi soal rencana pembelian itu. Pembelian pesawat tersebut belum final.

Jika mengubah pilihan pesawat tempur, TB menampik disebut telah mengabaikan keinginan TNI. Ia sekaligus membantah TNI ngotot ingin membeli Sukhoi tersebut.

"Tidak juga. TNI juga punya alternatif lain kok. Pertama itu memang Sukhoi, kedua ini, ketiga ini. Jadi tidak soal jika diubah," ujar dia.

Meski demikian, ia menolak menyebutkan apa pilihan lain selain Sukhoi.

Ia mengatakan, masih menghormati komunikasi antara pemerintah Rusia dan Indonesia soal rencana pengadaan Sukhoi tersebut.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengonfirmasi bahwa pemerintah Indonesia berniat membeli 10 unit pesawat tempur jenis Su-35 buatan Sukhoi dari Rusia.

Proses pembelian pesawat tempur tersebut masih dalam pembahasan. (Baca: Kemenhan Masih Kaji Rencana Pembelian Sukhoi )

Ryamizard juga menjelaskan bahwa pembelian kesepuluh Su-35 untuk TNI-AU tersebut tidak akan dilakukan sekaligus, melainkan secara bertahap.

(Kompas)

Kamis, 23 Juni 2016

Use Of MIG-29N Fighter Aircraft being Reduced

02 Juni 2016

RMAF MiG-29N (photo : worldavia)

KUANTAN (Bernama) -- The use of the MIG-29N fighter aircraft will be reduced following increasing operating expenses, said Royal Malaysian Air Force (RMAF) chief, Tan Sri Roslan Saad.

He said apart from that, the capabilities of the fighter aircraft were also getting more limited as the aircraft have been in service for 21 years since they were first used in 1995.

"We have been reducing the use of the aircraft since three years ago and so far there is no time frame as to when the aircraft will be completely phased out," he said.

(Bernama)

Su-27/30 : Vietnam will Repair Them at Home

05 Juni 2016

Su-30MK2 fighter in Factory A32, Da Nang  (photo : QPVN)

Defense website reported Russian VPK Vietnam will repair and upgrade the Su-27 fighters, Su-30 at the new plant in Danang.

Day 3/6, VPK website of the Russian Defence published the article titled "Su 27/30: Vietnam will repair itself in the country".

Accordingly, Vietnam is building capacity for maintenance, repair basic fighter Su-27 and Su-30, to escape from sending aircraft abroad.

To implement this program, Vietnam has recently launched a defense plant in Danang A32.

"The repair of domestic aircraft upgrades will significantly increase the operational readiness of fighters," the source said.

According VPK, as of this moment, Vietnam Air Force was equipped with 12 injection and 4 consolation Su-27 fighter Su-30MK2V. In 5/2009, a new contract for the supply of 12 new aircraft manufactured by Russia was signed.

Previously, the plant has sent tens A32 staff to overseas training. Currently, the plant has successfully yourself repair failures of modern fighters. Each workshop repairing a technical segment with over 10,000 different components requires careful, precise, meticulous very strict.

(Soha)

Mengintip “Mata” Baru JAS39 Gripen NG

11 Juni 2016

IRST Selex Skyward-G dan radar AESA Selex Raven ES-05 (photo : dunkbear)

Linkoping, Swedia (ANTARA News) - Saat menginjakkan kaki ke dalam hanggar di mana JAS39 Gripen E nomor seri 39-7 berada di samping JAS39 Gripen C, di Linkoping, Swedia, hal yang ada di depan mata langsung bisa mengarahkan pada bagian “hidung” pesawat tempur terkini produksi Saab, Swedia itu. 

Ada yang berbeda di “hidung” yang sebetulnya “tudung” alias radome radar pesawat jet tempur itu. 

“Itu adalah instrumen yang telah kami ‘tanam’-kan pada Gripen E dan F, infra red search and track sebagai penjejak target berbasis elektro optik yang memungkinkan dia meningkatkan kewaspadaan situasionalnya saat bertempur di udara,” kata Kepala Wing Penerbang Saab, Hans Einerth, di hanggar JAS39 Gripen di Linkoping, beberapa waktu lalu. 

Instrumen baru itu bentuknya seperti bola kaca yang cukup mencolok mata, terletak di sisi kanan luar kaca depan kokpit JAS39 Gripen E.


Saab meluncurkan JAS39 Gripen NG yang sebetulnya nama lain dari JAS39 Gripen E/F, namun untuk keperluan domestik Brazil sebagai pengguna terbaru pesawat tempur multiguna-multimisi ini. Tidak tanggung-tanggung, Brasil membeli 36 unit JAS39 Gripen NG lengkap dengan skema transfer teknologinya. 

Pertama kali IRST ini diujicobakan pada JAS39 Gripen E nomor seri 39-7 adalah pada awal April 2014 yang terus-menerus disempurnakan sistemnya. Adapun pabrikan yang dipilih adalah sistem Skyward-G buatan pabrikannya di Nebbiano, Italia, dan dari Selex, yang sama-sama berbasis sistem Passive Infra Red Airborne Track Equipment alias PIRATE, suatu sistem buatan Eurofirst (konsorsium Sales EX, Thales Optronics, dan Tecnobit), yang juga dipakai di Eurofighter Typhoon.

Beda platform alias basis fuselage pesawat terbang yang sangat jelas (Gripen mesin tunggal dan lebih “kecil” ketimbang Typhoon bermesin ganda dan lebih “besar”) bukan halangan untuk menerapkan sistem penjejakan dan kewaspadaan situasional ini. Skyward-G dan Selex sebagai pemasok IRST ini akan bahu-membahu dengan radar aktif AESA (Actively Electronics Scanned Array) Raven ES-05 aktif buatan Selex yang dipasang hingga tiga unit.


“Inilah jawaban kami atas target dengan jejak radar minim sehingga kami bisa mendeteksi mereka,” kata Wakil CEO Saab Group, Lennart Sindahl, dalam penjelasannya secara terpisah kemudian. JAS39 Gripen sejak masih di seri A hingga NG alias E/F memang tidak menganut trend stealth yang kondang dengan bentuk persegi diamond cut-nya. 

Radar AESA Raven ES-05 aktif-nya memang memungkinkan JAS39 Gripen NG menyapu ruang pada sudut 100 derajad ke depan di sekeliling “hidung”-nya. Jika mengandalkan radar berpola kerja forward looking infra red, pilot bisa saja menerapkan taktik mematikan radar untuk mengelabuhi lawan, tetapi pilot bisa lebih mantap dengan misinya setelah menghidupkan sistem PIRATE itu. 

Prinsip kerjanya sebetulnya sederhana saja, yaitu menyapu ruang seluas 100 derajad di depan dalam bentuk konus, mencari dan melacak target dan emisi sinar infra merahnya (yang satu “paket” dengan jejak thermal pancaran gas buang target, apakah itu mesin jet ataupun roket).

IRST, AESA and IFF on Gripen E (photo : Vianney Riller Jr)

Data “temuan” inilah yang secara simultan dikomunikasikan oleh subsistem aspek nonkritis penerbangan di dalam JAS39 Gripen NG, melalui radar AESA Raven ES-05 aktif. 

Bekerja pada pancaran dual band infra merah, yaitu 3-5 dan 8-11 mikrometer, maka kalkulasi penjejakan dan penentuan target dilakukan secara pasif dan bisa diterapkan pada target di darat, laut, ataupun udara. 

Sebagai sistem pasif, IRST tidak memberi kisaran jarak ke target namun memberi data percepatan kinetik yang dihasilkan dari manuver serta perubahan sudut azimuth antara target dan pesawat tempur JAS39 Gripen NG. Jika ini dioperasikan secara simultan pada dua atau lebih JAS39 Gripen NG maka mereka bisa menentukan sudut triangulasi target melalui datalink TAU.

 Bisa dibilang, paduan sistem PIRATE dari Skyward-G dan Selex serta AESA Selex Raven ES-05 itu bisa juga dipakai untuk operasi SAR maritim, jika diperlukan dan diinginkan. 


Laiknya teknologi masa kini maka data hasil bacaan kedua sistem itu (PIRATE dari Skyward-G dan Selex serta AESA Selex Raven ES-05) bisa diubah menjadi tampilan grafis dan dilihat pilot di visor helm khususnya. 

“Prinsipnya adalah tampilkan hanya hal-hal yang Anda perlukan. Kenapa begitu? Karena data yang bisa disajikan sangat amat banyak dan Anda harus memilih data yang sesuai dengan misi Anda. Abaikan yang tidak perlu, serahkan pada sistem komputasi di pesawat tempur. Dia akan melakukannya untuk Anda,” kata Kepala Pilot Uji Saab, Richard Ljungberg. 

Dia katakan itu sesaat sebelum JAS39 Gripen NG diluncurkan di hanggar produksi yang diubah menjadi arena peluncuran laksana panggung opera yang kaya akan tata lampu dan tata suara megah. 

“Cukup aktifkan mode helmet mounted sight dan Anda akan mendapatkan data itu,” katanya. IRST sistem PIRATE dari Skyward-G dan Selex mampu melacak dan menjejaki 200 sasaran berbeda secara simultan secara mode tunggal atau mode jamak (multiple).


Jika sasaran sudah dikenali dan akan dikunci, maka arahkan sapuan IRST Skyward-G dan Selex dan AESA Selex Raven ES-05 itu ke sana, maka kinerjanya akan lebih sehingga akurasi akan semakin meningkat tajam. 

Kegunaan data dari sistem PIRATE Skyward-G dan Selex pada sistem IRST dan AESA Selex Raven ES-05 juga sangat dirasakan dalam praktik dogfight ketat. 

Selain kemampuan tempur dan mengemudikan pesawat tempur, pilot dapat memenangi pertempuran jarak dekat ini dengan bantuan teknologi. Di sinilah penting peran kanon 27 milimeter Mauser BK-27 —kanon standar JAS39 Gripen series— yang dipasang di sisi kiri bawah “hidung” JAS39 Gripen NG. 

Kedua sistem ini (sistem avionik IRST dan AESA plus Mauser BK-27) saling berkomunikasi dan memudahkan pilot untuk membidik dan “mengunci” sasaran yang akan ditembak dengan amunisi seukuran 27 x 145 milimeter berbasis sistem pemantik pyrotechnic high explosive dengan kecepatan 1.100 meter perdetik. 

(Antara)

Beginilah Kesaktian Su-30MKM Flanker Malaysia



Su-30MKM (Modernizirovannyi Komercheskiy Malaysia) (photo : carl brent)

Sebagai sesama pengguna Su-30 di Asia Tenggara, varian Su-30MKM (Flanker-G) yang dikembangkan khusus untuk TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia), memiliki spesifikasi jauh lebih jaguh (jago) dibandingkan Angkatan Udara Vietnam dan Indonesia. TUDM diuntungkan oleh India, yang bersusah payah mengintegrasikan seluruh subsistem ke dalam Su-30MKI. Su-30MKM (Modernizirovannyi Komercheskiy Malaysia = Modernisasi, Komersial pesanan Malaysia) memang dikembangkan dari basis Su-30MKI.

Dua sayap canard merupakan sayap aktif (photo : sgroader)

Dari tampilan luar, Su-30MKM menggunakan fuselage, mesin TVC AL-31FP, dan sistem kendali fly by wire yang serupa dan setara dengan milik AU India. Su-30MKM diawaki dua awak, pilot dan operator sistem senjata.

Ragam persenjataan yang dapat dibawa berupa rudal jarak menengah, sedang, dan jauh serta rudal udara ke permukaan tidak dibedakan dengan milik India, mampu menggotong seluruh sistem senjata buatan Rusia.

Sistem optronik pasif IRST (Infra Red Track and Scan) OLS-30 dan Cobham 754 buddy refueling pod. (photo : vivawariors)

Perbedaannya, sebagai negara Islam tentu haram mengadopsi teknologi negeri Yahudi. Oleh karena itu, seluruh perangkat made in Israel diminta dilepas dan dicari gantinya, barulah Malaysia mau menandatangani kontrak senilai 900 juta dolar AS untuk 18 pesawat.

Nah, varian Su-30MKM mempertahankan sistem radar dan elektro optik yang sama dengan Su-30MKI. Radar N011M sudah jadi standar, begitu juga sistem optronik pasif IRST (Infra Red Track and Scan) OLS-30 yang mampu mendeteksi sasaran di udara sejauh 90 km dari belakang, atau 50 km dari depan.

Mesin AL-31FP dengan Thrust Vector Control (TVC) (photo : korsakul)

Pilot bisa memilih pembesaran (Field of View) lebar dengan cakupan 20×5 derajat atau sempit dengan lebar 3×3 derajat. Cakupan sempit digunakan untuk membidikkan rudal BVR (Beyond Visual Range). Sistem laser range finder akurat sampai jarak 3 km untuk sasaran udara dan 5 km untuk sasaran darat.

Sistem avioniknya mengandalkan produk Perancis yang memang sudah lama punya pasar di Malaysia. HUD menggunakan sistem Thales CTH3022 wide angle holographic, begitu pula sistem IFF (Identification Friend or Foe) yang juga dibuat Thales. Sistem pod pencari sasaran dan pengarah rudal menggunakan, lagi-lagi, produk Thales yaitu Damocles targeting & NAVLIR pod. Untuk sistem komputer pada Su-30MKM tetap menggunakan sistem S101 buatan Rusia.

Sistem pod pencari sasaran dan pengarah rudal buatan Thales yaitu Damocles targeting & NAVLIR pod (photo : cmano)

Su-30MKM memiliki kekhasan dengan fokus pada sistem pertahanan yang cukup lengkap daftarnya, meliputi Saab Avitronics MAW300 Missile Warning Sensor dan LWS350 Laser Warning Sensor untuk mendeteksi sistem laser pemandu rudal antipesawat yang digunakan sistem rudal seperti Saab Bofors RBS-70. Untuk mendeteksi rudal dengan pemandu radar ada sistem RWS-50RWR. Sama seperti Su-30MKI, Su-30MKM memiliki kemampuan diisi dan mengisi bahan bakar di udara melalui Cobham 754 buddy refueling pod.

Satu sistem yang terpasang pada Su-30MKM dan tidak ada pada Su-30MKI adalah sistem pod ECM (Electronic Counter Measure) buatan perusahaan Kaluzhsky Rusia yaitu KNIRTI SAP-518 yang dipasang di ujung-ujung sayap Su-30MKM. Pod ini memungkinkan Su-30MKM melaksanakan misi SEAD (Suppression of Enemy Air Defence), dengan mengacak gelombang radar yang bermain di frekuensi G-J. Malaysia dirumorkan mengakuisisi sistem pod pengacak SAP-14, yang sampai saat ini belum terkonfirmasikan kehadirannya.

Sistem pod ECM (Electronic Counter Measure) buatan Kaluzhsky yaitu KNIRTI SAP-518 (photo : kret)

Purwarupa Su-30MKM terbang Mei 2006, dan versi produksinya setahun kemudian pada musim semi 2007. TUDM menyatakan purwarupa sudah layak produksi pada Mei 2007. Bandingkan dengan pengembangan Su-30MKI yang berlangsung selama bertahun-tahun, Malaysia jelas diuntungkan dengan inisiatif India mengembangkan varian Su-30MKI.

Seluruh pesawat pesanan sudah diterima TUDM mulai Juni 2007, dan yang terakhir pada Agustus 2009. Su-30MKM di TUDM ditempatkan di Skadron No 11 di Gong Kedak, Malaysia Barat yang merupakan salah satu pangkalan militer tertua di Malaysia bersama skadron latih PLTB3 dengan pesawat latih Pilatus PC7 Mk11.

(Angkasa)

Su-30MK2 of the VPAF will be Suspended for Operation

14 Juni 2016
Su-30MK2 fighter Of Vietnam with Kh-31 missile (photo : Soha)

Lieutenant General Vo Van Tuan said the current entire Su-30MK2 aircraft of the Air Force Vietnam will be suspended all flight operations training.

Related to Su- 30MK2 aircraft lost contact this morning, talk to us, Lieutenant General Vo Van Tuan, deputy chief of the Vietnam People's Army said the entire aircraft Su-30MK2 will be suspend all flight operations training, are only allowed to take off when combat duty.

"The suspension is to evaluate the incident happened on the plane was missing", Minister Tuan said.
He also added information, after finding the plane and the pilots missing, the functional unit will proceed to clarify the causes of this incident.

Up to now, the functional forces are still actively involved in the search planes and pilots.

Defense Ministry is mobilizing forces to conduct search, check the above waters, looking forward to find the pilot and the plane. 

Lieutenant General Vo Van Tuan is also directly in Nghe An to direct the search.

For information on detecting oil slicks at sea are searching the area, Minister Tuan said, does not define exactly this.

(Soha)

Hanwha Thales to Start Radar Development for KF-X Jets Next Month



Hanwha AESA radar (photo : themess)

South Korean defense manufacturer Hanwha Thales plans to kick off the process to develop an advanced radar system to be fitted onto the country's indigenous fighter jets next month, the company's CEO said Thursday.

In April, the defense unit of conglomerate Hanwha Group was picked as the preferred bidder to build active electronically scanned array (AESA) radars for some 120 fighter jets that South Korea seeks to develop by the mid-2020s.

Chang Si-kwon, chief executive of Hanwha Thales, told reporters in Paris that his company plans to produce a model of the AESA and that this will be used in operational tests with the Agency for Defense Development (ADD).

Hanwha Thales, set to clinch the final contract with ADD, plans to produce the first prototype of the radar by June 2017 and another one by the following year if the radar works as planned.

"The parent group is fully supporting us in our efforts to become a world-class defense manufacturer," Chang said. "The group is stressing that we must succeed in developing the AESA radars."

South Korea is seeking to deploy the new planes to be built under the 18 trillion won ($15.4 billion) Korean Fighter Experimental (KF-X) project in a bid to replace its aging jet fleet of F-4s and F-5s.

Last month, U.S. company General Electric (GE) was selected as the preferred bidder to supply engines for South Korea's next-generation fighter jets.

South Korea had initially planned to secure 25 fighter jet technologies from U.S. aerospace giant Lockheed Martin in an offset deal linked to Seoul's purchase of 40 of the company's F-35 Lightning II fighters in 2014.

But the U.S. government refused last year to approve the export of four core technologies, including those related to the radar, forcing Seoul to find an alternative supplier.

(Korea Times)