Tampilkan postingan dengan label INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label INDONESIA. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Juni 2016

Kapolresta Sorong dan Istri Kibarkan Bendera Merah Putih di Dasar Laut

Tampak Kapolresta Sorong dan Istri saat mengibarkan bendera merah putih di dasar laut.(Chanry/iNews TV)

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara Ke-70, tanggal 01 Juli 2016 mendatang, jajaran Polresta Sorong Kota melaksanakan kegiatan menyelam di perairan Kota Sorong, Sabtu (26/6/2016).

Kegiatan penyelaman ini dilakukan jajaran Polresta Sorong dan Komunitas Selam Kota Sorong di Pulau Matan, wilayah perairan Sorong.

Kegiatan penyelaman ini diwarnai aksi pembentangan bendera Merah Putih dan Spanduk HUT Bhayangkara Ke-70 yang dibentangkan oleh Kapolresta Sorong dan Istri serta sejumlah penyelam.

Dalam Spanduk yang dibentangkan di dasar laut tersebut bertuliskan tema, "Dengan Memperkuat Solidaritas, Profesionalisme, Dan Revolusi Mental, Polri Siap Mengamankan Kebijakan Pemerintah".

Selain kegiatan penyelaman, Jajaran Polresta Sorong juga menggelar berbagai lomba jelang HUT Bhayangkara ke-70, di antaranya lomba memancing di perairan Sorong yang diikuti oleh warga masyarkat dan sejumlah komunitas memancing. (sindonews.com)

Anggota DPR : Kalau Ada yang Lebih Bagus dari Sukhoi Su-35, Bisa Diubah

01 Juni 2016


Pesawat Sukhoi T-50 PAK-FA secara teknologi lebih bagus dari Su-35, bahkan memakai jenis mesin yang sama yaitu Saturn AL-31, namun masih belum dijual oleh Rusia (photo : 61ee)


BANDUNG, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin mengatakan, Indonesia belum pasti membeli 10 unit pesawat tempur jenis Su-35 (NATO: Flanker-E) buatan Sukhoi dari Rusia.

"Kalau mungkin ada yang lebih bagus dari Sukhoi, lebih murah dan secara politis lebih baik, ya bisa jadi diubah," ujar Hasanuddin saat ditemui di Kompleks Universitas Padjajaran, Bandung pada Selasa (31/5/2016).

Hasanuddin mendapat informasi bahwa Indonesia dan Rusia masih terus berkomunikasi soal rencana pembelian itu. Pembelian pesawat tersebut belum final.

Jika mengubah pilihan pesawat tempur, TB menampik disebut telah mengabaikan keinginan TNI. Ia sekaligus membantah TNI ngotot ingin membeli Sukhoi tersebut.

"Tidak juga. TNI juga punya alternatif lain kok. Pertama itu memang Sukhoi, kedua ini, ketiga ini. Jadi tidak soal jika diubah," ujar dia.

Meski demikian, ia menolak menyebutkan apa pilihan lain selain Sukhoi.

Ia mengatakan, masih menghormati komunikasi antara pemerintah Rusia dan Indonesia soal rencana pengadaan Sukhoi tersebut.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengonfirmasi bahwa pemerintah Indonesia berniat membeli 10 unit pesawat tempur jenis Su-35 buatan Sukhoi dari Rusia.

Proses pembelian pesawat tempur tersebut masih dalam pembahasan. (Baca: Kemenhan Masih Kaji Rencana Pembelian Sukhoi )

Ryamizard juga menjelaskan bahwa pembelian kesepuluh Su-35 untuk TNI-AU tersebut tidak akan dilakukan sekaligus, melainkan secara bertahap.

(Kompas)

Kamis, 23 Juni 2016

Pusat Latihan Pertempuran Marinir Teluk Ratai-Lampung Diresmikan

04 Juni 2016

Puslatpur Teluk Ratai sebagai sarana latihan lanjutan aspek laut prajurit marinir yakni renang, dayung, dan menembus gelombang. Selain itu medan belakang pantai yaitu hutan dan perbukitan, cukup ideal dijadikan latihan operasi tempur darat. (photo : Antara)

PADANGCERMIN-- Pusat Lathihan Pertempuran (Puslatpur) Marinir-8 Teluk Ratai, Piabung, diresmikan Komandan Korps Marinir, Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana , Jumat (3/6/2016).

Peresmisan Puslatpur Marinir-8 itu dihadiri Komandan Brigif-3 Marinir Kolonel Werijon, dan juga dihadiri mantan Komandan Brigif-3 Marinir Koloner (Mar) Suherlan dan Kolonel (Mar) Edi Juardi, serta sejumlah perwira Brigif -3.

Mayjen Buyung Lalana mengatakan, peresminan pusat latihan pertempuran Marinr di Teluk Ratai sebagai salah satu satuan pelaksana komando latih marinir (Kolatmar), pada hakikatnya merupakan realisasi dari kebijakan pemimpin TNI Angkatan Laut dalam meningkatkan profesionalitas satuan dan efektivitas pembinaan latihan pertempuran Korps Marinir. 

Buyung menjelaskan, peresmian Puslatpurmar 8 Teluk Ratai, diharapkan mampu menambah kapabilitas Kolatmar dan meningkatkan kemampuan daerah latihan Teluk Ratai dan sekitarnya sebagai kawah candra dimuka prajurit prajurit petarung Korps Marinir.

Letak geografis Teluk Ratai yang strategis berada di ujung selatan Pulau Sumatera, dan berbatasan dengan laut, sehingga cukup memadai sebagai sarana latihan lanjutan aspek laut prajurit marinir yakni renang, dayung, dan menembus gelombang. Selain itu medan belakang pantai yaitu hutan dan perbukitan, cukup ideal dijadikan latihan operasi tempur darat.

Berdasarkan analisis dan beberapa pertimbangan, maka Korps Marinir, merasa perlu segara meresmikan Puslatpur ini, dengan harapan setelah diresmikan dapat dilaksanakan program pembangunan fasilitas sarana dan prasarana serta peningkatan kemampuan Puslatpur 8 Teluk Ratai, jelasnya. 

“Komandan berharap agar segera melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan dan tugas pokoknya, sehingga tugas yang diemban Puslatpurmar 8 Teluk Ratai ini terlaksana dengan baik,” ujar Buyung.

Usai peresmian Puslatpurmar 8 dilanjutkan dengan pelepasan Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana yang akan menempati pos barunya sebagai Staf Ahli Khusus TNI AL di Jakarta dalam rangka persiapan purna bakti.

(Lampung Post)

Inilah Penampakan Ranpur BTR-4 Pesanan Korps Marinir TNI AL

05 Juni 2016

Sosok gahar BTR-4M pesanan Marinir TNI AL. (all photos : National Academy)

Untuk menggantikan ranpur BTR-80A yang sedang digunakan Korps Marinir dalam misi pasukan perdamaian PBB, Kementrian Pertahanan menjatuhkan pilihan pada ranpur BTR-4 buatan Ukraina. Setelah sekian lama tak kedengaran kabar beritanya, sosok BTR-4 pesanan Indonesia tersebut akhirnya tampak jelas sudah. Walaupun sempat diterpa ketidakjelasan, toh wujudnya kini sudah mulai tampak di alam liar.


Dari sosoknya, pabrikan KMDB (Kharkiv-Morozov Design Bureau) rupa-rupanya menghadirkan kejutan. Berbeda dengan BTR-4 pesanan Irak atau untuk kebutuhan dalam negeri Ukraina, pesanan Indonesia tampil lebih berotot dan garang, dengan boks-boks buoyancy untuk menambah kemampuan apung sekaligus berfungsi sebagai perisai lapisan antipeluru tambahan. Walaupun ditambahi berbagai modul tersebut, BTR-4 tetap tampil seimbang dan garang, dengan sistem propeller asli bawaan, tidak seperti ranpur amfibi lokal yang harus menggunakan waterjet segede gaban untuk dapat mengapung dan berenang.


Informasinya, BTR-4M pesanan Korp Marinir ini tampil full spec alias mengadopsi kasta tertinggi dari keluarga BTR-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization. Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan. Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.

Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada produk Barat. Jika melongok ke dalamnya, layoutnya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, bandingkan dengan keluarga BTR-80 yang duduknya saja berpunggung-punggungan sempit. Pasukan bisa keluar dari dua pintu belakang, lagi-lagi unggul dari BTR-80 yang harus keluar dari pintu samping yang sempit dan rawan tembakan dari arah depan.


Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.

Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang. Kursi dapat dipasang berhadap-hadapan atau berpunggung-punggungan, dan dapat diubah oleh pengguna sesuka hati. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.


Sementara untuk sistem senjata, siapa yang tidak percaya pada ketangguhan sistem kubah tanpa awak buatan Ukraina? Republik Rakyat Tiongkok saja membeli kubah Skhval dari Ukraina untuk dipasang pada ranpur-ranpurnya. Untuk BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus! Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran.

Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.


Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.

Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.

(Angkasa)

Indonesia Launches Investigation into Kapitan Pattimura-class Corvette Accident

07 Juni 2016

The Indonesian Navy is investigating an accident that has partially sunk one of its corvettes. No decision has been made on the fate of the stricken ex-East German Navy ship (photo : harianterbit, tempo)

The Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL) has launched a formal enquiry into an accident that has partially sunk one of its Kapitan Pattimura (Parchim I)-class corvettes.

The vessel, KRI Pati Unus, was sailing from the Malacca Strait towards the port of Belawan, Sumatra on 13 May 2016 when it hit an underwater object believed to be the remains of a ship that has wrecked near the port entrance. The TNI-AL only confirmed the incident in late May after images of the stricken vessel spread online.


A TNI-AL Western Fleet (KOARMABAR) source has also since confirmed with IHS Jane's that the corvette was not on an authorised route into the port and that an assessment into the vessel's damage has begun in tandem with accident investigations.

Bearing pennant number 384, Pati Unus is an ex-German Democratic Republic ship that was originally inducted into the East German Navy in July 1983. The vessel was re-commissioned into the TNI-AL in July 1995.

The TNI-AL operated a fleet of 16 ships in the class from the mid-1990s before KRI Memet Sastrawiria (380) was damaged by fire in 2008 and subsequently decommissioned. The service was however not able to comment on the extent of Pati Unus ' damage or confirm if the ship will also be retired.

(Jane's)

Lanal Lhokseumawe Dapat Tambahan Alutsista Baru


Pangkalan TNI AL Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mendapatkan dua tambahan alutsista baru yang dibawa oleh KRI Teluk Cirebon-543, berupa Swamp Boat, yang diturunkan di Pelabuhan Umum Krueng Geukuh, Aceh Utara, Sabtu (4/6). (photo : Antara, Defense Studies)

Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Pangkalan TNI AL Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mendapatkan dua tambahan alutsista baru yang dibawa oleh KRI Teluk Cirebon-543 di Pelabuhan Umum Krueng Geukuh, Kabuopaten Aceh Utara, Sabtu.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Lhokseumawe Kolonel Mar Nasruddin mengatakan, kedatangan KRI Teluk Cirebon adalah untuk mengantarkan dua unit alusista Swamp Boat alusista milik Lanal Lhokseumawe.

Dua alat pendukung pertahanan wilayah perairan tersebut adalah, Swamp Boat, di mana kendaraan tersebut dapat dioperasikan di daerah rawa-rawa yang berair dangkal serta di danau serta sungai.


"Swamp Boat ini merupakan tambahan alusista dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL)," ungkap Dan Lanal.

Ia menjelaskan, Swamp Boad rencananya akan ditempatkan di Pos AL Langsa dan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, karena alat tersebut dapat menjangkau medan yang berat, khususnya rawa-rawa, serta dapat membawa lima pasukan dan dikendalikan oleh seorang juru mudi, sehingga mampu menunjang mobilitas, kegiatan pengamanan wilayah perairan.

Keunggulan Swamp Boat, mampu beroperasi tanpa memerlukan dukungan mekanisme dari lingkungan, seperti air untuk pendingin, tidak memerlukan dukungan pendorong (waterjet propulsion), serta tidak membutuhkan kedalaman air untuk mengakomodir propeller.

Swamp boad dapat melaju di air yang amat dangkal dan keruh, terang Dan Lanal.

Sementara itu, Komandan KRI Teluk Cirebon, Mayor Laut (P) Yustus Nassarius Rossi yang didampingi oleh Kepala Departemen Operasi Letda Arif, mengatakan selain mengantarkan alusista Swamp Boat, juga melakukan operasi pemantaaun keamanan laut.


KRI Teluk Cerebon dilengkapi dengan  meriam laras ganda kaliber 25 mm dan 37 mm, memiliki panjang 90,78 meter, dan lebar 11,12 meter, yakni jenis Landing Ship Tank (LST).

KRI Teluk Cirebon, selain berfungsi untuk mendukung operasi amfibi, mengangkut pasukan pendarat yang akan didaratkan ke pantai, juga mampu mengangkut tujuh tank amfibi dengan ukuran 6-7 meter serta peralatan tempur lainnya.

"KRI Teluk Cirebon bukan termasuk armada tempur maupun pemukul, namun sebagai armada pendarat dan pengangkut logistik," ungkap Mayor Yustus.

Tambahnya lagi, selama berlabuh di Pelabuhan Krueng Geukuh, pihaknya juga mempersilahkan kepada masyarakat dan pelajar yang ingin melihat KRI Teluk Cerebon lebih dekat.

(Antara)

Untuk Kepentingan Pertahanan, Runway Bandara di Pekanbaru Perlu Ditambah



Pesawat F-16C/D di Skuadron Udara 16 Pekanbaru (photo : roesminnurjadin)

Riau Book - Untuk kepentingan pertahanan, panjang runway Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II/Lanud Rusmin Nurjadin perlu ditambah.

Ini dikatakan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman saat ditemui dikantornya, Jumat (10/06/2016) terkait pertemuannya dengan Menteri Perhubungan Ignatius Jonan beberapa hari yang lalu.

"Sekarang kan ada 2 skuadron di Lanud Rusmin Nurjadin, dengan jumlah ini, untuk pesawat naik turun dibutuhkan runway sepanjang 3000 meter," kata Arsyadjuliandi Rachman.

Sekarang ini, lanjut Arsyadjuliandi Rachman, pendaratan pesawat tempur ini masih membutuhkan bantuan alat tambahan pendaratan, diharapkan dengan panjang runway 3000 meter, tidak diperlukan lagi alat tambahan ini.

Saat ini panjang runway Bandara SSK II sepanjang 2240 meter yang sudah difungsikan, sementara penambahan runway sepanjang 2600 meter sudah selesai, namun belum bisa difungsikan karna lampu dan beberapa alat yang lain belum dipindahkan dan dipasang.

(RiauBook)

Pindad Targetkan Penjualan 2016 Tembus Rp 3 Triliun

13 Juni 2016

Tank AMX retrofit Pindad (photo : kaskus militer)

Jakarta (ANTARA News) - PT Pindad (Persero), perusahaan milik negara yang memproduksi senjata, amunisi, dan kendaraan tempur menargetkan mampu membukukan penjualan sekitar Rp3 triliun pada 2016, meningkat dibanding 2015 yang mencapai sekitar Rp2 triliun.

"Target penjualan 2016 menembus angka Rp3 triliun, sejalan dengan meningkatnya nilai kontrak pesanan senjata, amunisi dan kendaraan tempur," kata Direktur Utama Pindad Silmy Karim di sela peluncuran empat senjata baru Pindad di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis.

Keempat senjata baru yang peluncurannya disaksikan langsung Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu itu yaitu Senapan Serbu SS3, Senapan Serbu SS2 subsonic 5,66 mm, Sub Machine Gun dan Pistol G2 Premium.

Menurut Silmy, senjata baru yang merupakan hasil pengembangan produk dan inovasi Pindad itu mendapat perhatian dari sejumlah negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tenggara.

Ia tidak merinci nama negara yang berpotensi memesan senjata yang dimaksud karena alasan masih dalam tahap negosiasi.

Namun tambahnya, selain pesanan senjata laras pendek dan laras panjang, sejumlah negara lainnya juga berminat memesan kendaraan tempur buatan Pindad.

"Pertumbuhan penjualan 2016 ini merupakan kelanjutan dari tahun 2015 yang didorong peningkatan kapasitas produksi sekitar 130 persen dari tahun sebelumnya," ujarnya.

Untuk merealisasikan pertumbuhan dan target penjualan itu, Pindad melakukan berbagai langkah strategis antara lain memperkuat lini bisnis, pengembangan serta melakukan beragam inovasi produk berorientasi masa depan.

Setiap tahun dikatakan Silmy, Pindad memproduksi sekitar 30.000-60.000 unit senjata laras pendek dan laras panjang.

"Selain memenuhi kebutuhan TNI-Polri yang mencapai 70 persen, Pindad juga terus menggenjot pasar ekspor yang saat ini masih berkisar sekitar 5 persen," katanya.

Dalam memenuhi pemesanan senjata, Pindad mengedepankan tiga hal yaitu prospek industri dalam negeri terkait dengan potensi pasar ekspor, hubungan luar negeri, dan kemudahan investasi.

"Polanya, kita bisa memproduksi di dalam negeri kemudian diambil oleh pemesan, atau diproduksi di negara importir dengan mengunakan fasilitas pabrik di sana," ujarnya.

Selain pesanan senjata dari dua negara Timur Tengah tersebut, sejumlah negara lainya juga berminat terhadap kendaraan tempur, munisi kaliber besar buatan Pindad.

Menurutnya, saat ini porsi penjualan terbesar Pindad masih berasal dari munisi yang mencapai 50 persen, selebihnya 30 persen dari kendaraan tempur dan 20 persen dari senjata.

Selain senjata laras panjang dan pendek dengan aksesoris, kendaraan tempur antara lain Paner Anoa 6x6, Panser Badak 4x4 dan Komodo, retrofit Tank AMX-13, Pindad juga melakukan ekspansi dengan memproduksi excavator yang akan diluncurkan pada Juni 2016.

(Antara)

Licensed Production of Ammunition for the BMP-3 can be Opened in Indonesia

15 Juni 2016

BMP3F of the Korps Marinir (photo : Jose)

MOSCOW -. RIA Novosti Moscow and Jakarta are negotiating to establish licensed production of ammunition for fighting vehicles BMP-3, standing on the arms of the Marine Corps in Indonesia, told RIA Novosti on Tuesday, the general director of the enterprise developer shells - Group "Tehmash" Sergey Rusakov .

"Currently, under the aegis of" Rosoboronexport "is negotiating with representatives of the military-industrial complex of Indonesia on the organization of the territory of the foreign partner of the license production of ammunition for BMP-3" - a spokesman said.

Today BMP-3F (modification for the Marine Corps) operated successfully in the Marine Corps of the Armed Forces of Indonesia. The first batch of 17 vehicles was delivered within the framework of an agreement on a state loan from Russia Indonesia a billion dollars, was signed in September 2007 during a visit to Jakarta of Russian President Vladimir Putin.

BMP-3F first arrived in Indonesia in November 2010 and in May 2013 Jakarta signed a new contract for the purchase of 37 vehicles total cost of $ 114 million for the Marine Corps. In January 2014 the second batch of machines was transferred to the military.

In addition, now Jakarta is considering the purchase of a new batch of 50 machines.

Scientific-Production Concern "Tehmash" - a holding company of state corporation "Rostec" in the field of industry of munitions and special chemicals. Enterprise "Tehmash" produce high-precision artillery munitions and artillery rounds of various purpose, small-caliber ammunition, grenade shots, mines, missiles and unguided aviation bomb ordnance, military pyrotechnics, and more. Military products of the holding is in service in 100 countries.

(RIA Novosti)

Pesawat NC212i Akhirnya 100% Diproduksi di Bandung

15 Juni 2016

Pesawat NC212i (photos : PTDI)

Jakarta -Pesawat NC212i telah sepenuhnya dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI). Artinya PTDI adalah satu-satunya industri pesawat terbang di dunia yang memproduksi pesawat baling-baling itu. 

Seluruh proses pembuatan pesawat tersebut telah dilakukan di Bandung pada kawasan produksi PTDI karena Airbus Defence and Space telah menyerahkan sepenuhnya fasilitas produksi ke PTDI mulai dari jig dan tools hingga pergudangannya (Slow Mover Material) yang semula berada di Spanyol telah dikirimkan seluruhnya ke PTDI.

"Apabila Airbus Defence and Space mendapatkan pesanan NC212i, pembuatan pesawat tersebut sepenuhnya akan tetap dikerjakan PTDI di Bandung. Airbus Defence and Space telah memberikan kepercayaan kepada PTDI karena mereka akan lebih fokus mengembangkan pesawat besar, oleh karenanya Final Assembly Line khusus NC212i telah disiapkan di fasilitas PTDI sejak bulan Oktober tahun 2011 silam," tulis keterangan tertulis PTDI, Rabu (15/6/2016).

Pesawat NC212i adalah pesawat multiguna generasi terbaru dari NC212 dengan daya angkut 28 penumpang, memiliki ramp door, kabin yang luas di kelasnya, sistem navigasi dan komunikasi yang lebih modern, biaya operasi yang lebih rendah namun tetap kompetitif di pasar pesawat kecil. 


Pesawat NC212i dapat juga digunakan sebagai pembuat hujan, patroli maritim dan penjaga pantai. Pesawat generasi sebelumnya C212 berbagai seri telah digunakan lebih dari 600 unit oleh 38 negara di antaranya yaitu Thailand, Filipina, Afrika Selatan, Spanyol, Uni Emirat Arab, Cile dan Meksiko.

PTDI saat ini juga sedang membuat pesawat NC212i sebanyak 2 unit pesanan dari Filipina dan 3 unit pesanan dari Vietnam yang seluruh proses pembuatan struktur pesawat mulai dari Fuselage, Center Wing, Outer Wing, Outer Flap, Inner Flap, Aileron, Vertical Stabilizer, Rudder, Horizontal Stabilizer, Elevator serta semua Door mulai Pilot Door, Passenger Door, Ramp Door, Forward Door dan Emergency Door itu dikerjakan seluruhnya di PTDI yang akan mendapatkan sertifikasi EASA ditargetkan akhir tahun 2016 atau awal tahun 2017. 

"Hal ini menjadi keuntungan bagi PTDI karena peluang pasar NC212i masih menjanjikan serta untuk layanan purnajual pasti dilakukan di PTDI," tambahnya. 

Perbedaan konfigurasi antara NC212-400 dan NC212i ada pada Avionic, di mana NC212i telah menggunakan Digital Avionic dan telah dilengkapi Autopilot sehingga memudahkan pilot melakukan konfigurasi terbang sedangkan perbedaan dengan NC212-200 terletak pada Avionic Rack yang semula diletakkan di dalam pesawat, pesawat NC212i Avionic Rack diletakkan di bagian depan moncong pesawat sehingga dapat menambah jumlah penumpang, perbedaan lainnya pesawat NC212i menggunakan winglet untuk mengurangi hambatan udara di sekitar ujung sayap dan menggunakan kaca kotak untuk menambah kenyamanan penumpang melihat keluar pesawat.

(Detik)

Pesawat Tempur Sukhoi Mengiringi Sahur



Su-30MK2 TNI AU (photo : TNI AU)

Makasar, Laras Post - Pesawat tempur Sukhoi meraung-raung di pagi buta di atas langit Lanud Sultan Hasanuddin Makassar dan sekitarnya mengiringi waktu sahur. Di pagi buta itu, para penerbang tempur Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin tak kenal lelah berlatih terbang Subuh. Latihan dilaksanakan selama dua minggu mulai tanggal 13 sampai dengan 23 Juni 2016. Para penerbang tempur Skadron Udara 11 terus menempa diri dengan melaksanakan latihan terbang sahur di wilayah udara sekitar Lanud Sultan Hasanuddin, dalam rangka menjaga kesiapan operasi. 

Sebelum melaksanakan terbang malam, diawali dengan briefing penerbangan di ruang briefing Shelter Skadron Udara 11 Wing 5. Latihan terbang malam sengaja dilakukan  untuk meningkatkan kesiapan, keahlian dan kemampuan, profesiensi guna meraih profesionalisme sebagai seorang penerbang tempur TNI Angkatan Udara yang senantiasa siap siaga. 

Latihan terbang sahur pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 dan SU-27 SKM Skadron Udara 11 yang dilaksanakan secara terjadwal tersebut, selain melibatkan para teknisi dan crew dari Skadron Udara 11, juga unsur personel pendukung penerbangan seperti petugas PLLU, Meteorologi, Crashteam serta petugas pendukung lainnya dari Dinas Operasi, Dinas Logistik serta Dinas Personel, serta Kesehatan yang merupakan aplikasi dari pelaksanaan program kerja Lanud Sultan Hasanuddin.

(LarasPost)

PT DI Targetkan Enam Pesawat NC212i Setiap Tahunnya

16 Juni 2016

Pesawat NC212i (photo : PTDI)

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menargetkan membangun enam pesawat NC212i setiap tahunnya.

Hal itu dikatakan Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, seperti dalam rilis yang diterima, Rabu (15/6/2016).

"Untuk pemasaran sendiri, negara-negara di wilayah Asia Pasifik akan dilakukan PT DI, sedangkan negara di luar itu dilakukan Airbus Defence and Space," kata Budi.

Siapapun yang melakukan pemasaran pesawat NC212i tersebut, kata Budi, Indonesia tetap diuntungkan lantaran seluruh proses pembuatan pesawat tersebut dikerjakan PTDI di Bandung.
Selain itu, hal tersebut tentunya dapat menciptakan lapangan kerja yang besar.

"Di masa depan pesawat NC212i merupakan pesawat yang kompetitif dan menjanjikan di banyak negara di dunia," ujar Budi.

Kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia PT DI dan Airbus Defence and Space dimulai sejak tahun 1976.

Sejak saat itu PT DI telah memproduksi ratusan pesawat atas lisensi dari Airbus Defence and Space.
Satu di antaranya Cassa 212 yang kemudian untuk yang diproduksi PTDI diubah namanya menjadi NC212.

Kerja sama PT DI dan Airbus Defence and Space terus mengalami penguatan.

PT DI dan Airbus Defence and Space telah menandatangani Kerjasama di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta pada 2012.

Kesepakatan kerjasama itu untuk memperkuat kerjasama strategis dalam pembuatan pesawat NC212i.

"Kerja sama itu merupakan peningkatan status kerjasama dengan mitra lama PT DI di Eropa. Selain itu, kerjasama tersebut juga memperkuat posisi PT DI sebagai Industri pesawat terbang terdepan di wilayah Asia Pasifik," ujar Budi.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT DI menjadi satu-satunya industri pesawat terbang di dunia yang memproduksi pesawat NC212i.

Seluruh proses pembuatan pesawat tersebut telah dilakukan di Bandung pada kawasan produksi PTDI setelah Airbus Defence and Space menyerahkan sepenuhnya fasilitas produksi.

"Penyerahan fasilitas produksi itu mulai dari jig dan tools hingga pergudangannya (Slow Mover Material) yang semula berada di Spanyol telah dikirimkan seluruhnya ke PTDI," Simet Kaban, Program Manager NC212 PT DI, melalui rilis yang diterima Tribun, Rabu (15/6/2016).

Apabila Airbus Defence and Space mendapatkan pesanan NC212i, kata Simet, pembuatan pesawat tersebut sepenuhnya akan tetap dikerjakan PT DI di Bandung.

Airbus Defence and Space telah memberikan kepercayaan kepada PTDI karena mereka akan lebih fokus mengembangkan pesawat besar.

"Oleh karenanya Final Assembly Line khusus NC212i telah disiapkan di fasilitas PTDI sejak bulan Oktober tahun 2011 silam," kata Simet.

(TribunNews)

Uji coba Embarkasi dan Debarkasi Tank Leopard ke KRI Teluk Bintuni 520

16 Juni 2016

MBT Leopard 2 TNI AD (photo : TNI AL)

Pangarmatim Terima Kunjungan Kapuskon Baranahan Kemhan RI

Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda (Laksda) TNI Darwanto, S.H.,M.A.P., menerima kunjungan Kepala Pusat Konstruksi  Badan Sarana Pertahanan (Kapuskom Baranahan) Kemhan RI, Brigjen TNI Zaenal Arifin, S.IP, bertempat di ruang VIP Nala Koarmatim Ujung, Surabaya. Kamis, (16/6).

Usai melaksanakan pertemuan singkat, Brigjen TNI Zaenal Arifin beserta Pangarmatim dan rombongan meninjau Uji Coba dengan menggunakan metoda pengamatan fisik, embarkasi dan debarkasi Tank Leopard  ke atau dari KRI melewati Dermaga Beaching yang telah  selesai dibangun. Dan sebagai penyelenggara pelaksanaan Uji Coba Beaching Plate dan uji rampa, turn table serta snatchwinch  KRI Teluk Bintuni-520 yang sandar di Dermaga E Koarmatim.

KRI Teluk Bintuni 520 (photo : pojokmedia)

Kegiatan ini merupakan tindaklanjut pembangunan kekuatan TNI AL pada TA.2014, yang telah dilaksanakan pembangunan fasilitas Beaching Plate di kolam labuh Koarmatim. Selain itu, uji coba tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan Beaching Plate yang dibangun dan kemampuan rampa, turn table serta snatchwinch KRI Teluk Bintuni-520, dalam mengangkut Tank MBT Leopard.

Pengujian secara bersamaan dimaksudkan agar dalam pelaksanaan operasional KRI dapat berjalan secara maksimal guna mendukung mobilisasi MBT melalui Daerah Basis Angkatan Laut (DBAL) Ujung Surabaya dapat dilaksanakan dengan baik, dan dari sisi pelaksanaan pengujian lebih efektif serta efisien.

Hadir dalam peninjauan tersebut diantaranya, Kepala Staf Koarmatim (Kasarmatim) Laksamana Pertama (Laksma) TNI Mintoro Yulianto, S.Sos.,M.Si., Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim (Danguspurlatim) Laksma TNI I.N.G. Ariawan, S.E.,M.M., serta para Pejabat Utama Koarmatim dan seluruh Tim Uji dari Kemhan RI.

(Koarmatim)

Hanwha Thales to Start Radar Development for KF-X Jets Next Month



Hanwha AESA radar (photo : themess)

South Korean defense manufacturer Hanwha Thales plans to kick off the process to develop an advanced radar system to be fitted onto the country's indigenous fighter jets next month, the company's CEO said Thursday.

In April, the defense unit of conglomerate Hanwha Group was picked as the preferred bidder to build active electronically scanned array (AESA) radars for some 120 fighter jets that South Korea seeks to develop by the mid-2020s.

Chang Si-kwon, chief executive of Hanwha Thales, told reporters in Paris that his company plans to produce a model of the AESA and that this will be used in operational tests with the Agency for Defense Development (ADD).

Hanwha Thales, set to clinch the final contract with ADD, plans to produce the first prototype of the radar by June 2017 and another one by the following year if the radar works as planned.

"The parent group is fully supporting us in our efforts to become a world-class defense manufacturer," Chang said. "The group is stressing that we must succeed in developing the AESA radars."

South Korea is seeking to deploy the new planes to be built under the 18 trillion won ($15.4 billion) Korean Fighter Experimental (KF-X) project in a bid to replace its aging jet fleet of F-4s and F-5s.

Last month, U.S. company General Electric (GE) was selected as the preferred bidder to supply engines for South Korea's next-generation fighter jets.

South Korea had initially planned to secure 25 fighter jet technologies from U.S. aerospace giant Lockheed Martin in an offset deal linked to Seoul's purchase of 40 of the company's F-35 Lightning II fighters in 2014.

But the U.S. government refused last year to approve the export of four core technologies, including those related to the radar, forcing Seoul to find an alternative supplier.

(Korea Times)

TNI-AU Hentikan Sementara Penggunaan Helikopter Super Puma




Helikopter AS-332 Super Puma TNI AU (photo : Prily AP)

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna memerintahkan satuannya untuk menghentikan sementara operasional Helikopter NAS- 332 L1 Super Puma, sebagai langkah pencegahan, menanti hasil kajian dari tim Lambangja (keselamatan terbang dan kerja) Mabesau.

"Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi inciden/accident. Kasau pun memerintahkan untuk memeriksa seluruh komponen pesawat Helikopter NAS- 332 L1 Super Puma secara lengkap dan menganalisa serta mengevaluasi hasilnya," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertam TNI Wieko Syofyan, di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut dilakukan terkait dengan beberapa kecelakaan yang terjadi pada pesawat jenis ini di berbagai negara, seperti yang terjadi di pantai Norwegia pada April lalu, yang diduga akibat masalah teknis.

Dengan alasan yang sama, kata Kadispenau, beberapa negara di Eropa juga telah menghentikan sementara operasi penerbangan yang menggunakan Helikopter Super Puma ini. Bahkan Badan Keamanan Udara Eropa EASA telah melarang terbang Helikopter Airbus Super Puma setelah adanya kecelakaan yang terjadi di Norwegia baru-baru ini.

Helikopter jenis NAS 332 L1 Super Puma buatan Eurocopter Perancis tahun pembuatan 1998 ini mulai digunakan oleh Angkatan Udara pada tahun 2002 untuk memperkuat Skadron Udara 6 Lanud Atang Sendjaja Bogor dan Skadron Udara 45 VVIP Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.

(Antara)

4 Kapal Patroli Buatan Palindo Marine Diserahkan ke TNI AL

18 Juni 2016


Kapal patroli Angkatan Laut (KAL) Bawean adalah kapal kelas PC32 (photos : Bureau Veritas)

4 Kapal Kelas Dunia Buatan Batam Diserahkan ke TNI AL

batampos.co.id – PT Palindo Marine telah merampungkan pembangunan empat kapal patroli pesanan TNI AL. Keempat kapal tersebut akan digunakan oleh jajaran Komando Armada Wilayah Timur (Koarmatim) untuk pengamanan wilayah laut.

Serah terima kapal tersebut dilakukan di komplek PT Palindo Marine, Sagulung, Batam, Kamis (16/6/2016).

“Harapan saya agar hasil karya putra putri bangsa akan terus mendapat kepercayaan dari pemerintah dan TNI AL untuk pembangunan kapal kapal patroli,” kata Direktur PT Palindo Marine Batam, Charles Wirawan.

Dalam kesempatan itu Charles mengatakan, proyek empat kapal patroli tersebut dikerjakan bersama PT Karimun Anugerah Sejati. Ini merupakan proyek yang kesekian kalinya yang dikerjakan PT Palindo Marine.

Dia berharap, pemerintah terus berkomitmen memprioritaskan galangan kapal dalam negeri dalam setiap proyek pengadaan kapal. Khususnya galangan kapal di Batam. Ini sebagai wujud nyata upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.


Charles menambahkan, kualitas produk galangan kapal di Batam tak kalah jika dibandingkan dengan daerah lain, bahkan dibandingkan dengan luar negeri. Khususnya di Palindo Marine, kapal-kapal yang dihasilkan merupakan kapal berkelas dunia.

“Galangan kapal dalam negeri, khususnya Batam, sudah mampu bersaing dengan negara lain,” katanya.

Penyerahan empat kapal patroli TNI AL kemarin langsung diterima oleh Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Mulyadi. Selain menyerahkan kapal, Mulyadi turut mengukuhkan Komandan Pertama masing-masing kapal.

Keempat kapal tersebut terdiri dari KAL Bawean, KAL Kelambau, KAL Wayag, dan KAL Tidore.

Mulyadi mengatakan, penambahan dan penyerahan kapal tersebut dapat secara langsung menambah unsur kekuatan TNI.

“Dengan pengamanan ini secara langsung menambah kekuatan TNI. Termasuk menjaga kemanan perairan Indonesia,” ujar Mulyadi.

Mulyadi menjelaskan, pengadaan kapal tersebut menggunakan anggaran APBN melalui Dinas Material Angkatan Laut. Hal ini bagian rencana strategis (renstra) TNI Angkatan Laut dalam upaya mewujudkan kekuatan Pokok Minimum TNI Angkatan Laut Tahun 2010 sampai dengan 2024.

“Semoga ke depannya kita bisa menambah kapal patroli dengan kerjasama yang baik,” tutupnya. 

(BatamPos)

Rabu, 22 Juni 2016

Pembangunan Kapal LST AT-4 Dimulai




Kapal AT4 adalah kapal LST ke-4 dari kelas LST 117 meter yang dibangun di dalam negeri untuk TNI AL (photo : defence.pk)


Rabu (20/4), pukul 09.00 WIB Kabaranahan Kemhan Laksamana Muda TNI Leonardi tiba di PT. Daya Radar Utama (DRU) Jl. Alamsyah Prawiranegara KM 12 Srengsem Panjang Bandar Lampung. Dalam kunjungan kerjanya ini, Kabaranahan didampingi Komandan Lanal Lampung Kolonel Laut (P) Yana Hardiyana, S.AP. Turut dalam rombongannya itu antara lain Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Mulyadi, Kadislaikmatal, Kadismatal, Kapusada, Kapuslaik, Waasrena Kasal, Kolonel Supriyanto, Kolonel Bambang Siswanto, Herman Afriad. ADC Kabaranahan, Fahmi Irfani. Class LR, Kolonel Sriwidodo, Kolonel Edhi Prasetyo, Kolonel M. Nursyid, Letkol Sulastono dan PNS Agung.

Kedatangan Kabaranahan Kemhan disambut di ruang CNC PT DRU oleh Direktur PT DRU. Amir Gunawan, pimpinan Galangan Kapal PT DRU Harry Pronoto, Komandan Satgas Kolonel Harry Wijajanto, JM Produksi PT DRU Edi Wiyono, Direktur Wil cabang Lampung PT DRU Ajid Gunawan. Kunjungan kerja Kabaranahan beserta rombongan dalam rangka First Steel Cutting Kapal LST AT-4 dan penandatanganan berita acara antara Kabaranahan Kemhan, Aslog Kasal dan Direktur PT DRU.


KRI Bintuni 520, kapal LST AT-3 yang telah dibangun sebelumnya oleh PT DRU (photo : TNI AL)

Dalam sambutannya, Amir Gunawan mengatakan bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, adalah dengan cara penguatan Armada kapal perang. Oleh sebab itu dia bersyukur karena diberi kepercayaan kembali oleh pemerintah Pertahanan Republik Indonesia untuk turut berkontribusi dalam program penguatan Alutsista melalui pembangunan Kapal LST AT -4. Amir menyadari tanpa kepercayaan, binaan dan kerja sama dari kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Laut dan pihak pihak terkait lainnya,sulit bagi dia untuk menghasilkan produk berkualitas.

Di tempat yang sama, Kabaranahan Kemhan Laksda TNI Leonardi menjelaskan bahwa beberapa saat lagi akan dilaksanakan prosesi pemotongan plat pertama ( Steel Cutting) Kapal Angkut Thank untuk TNI AL. Prosesi pemotongan plat ini merupakan salah satu momen penting dimulainya pembangunan struktur badan kapal. Pembangunan satu unit kapal Angkut Thank ini merupakan salah satu bentuk pembinaan industri dalam negeri sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan KRI di masa mendatang.

Setelah acara penyambutan Kabaranahan, dilanjutkan dengan Ceremony First Steel Cutting Kapal AT-4 di Workshop CNC PT. DRU ditandai dengan penekanan tombol sirine. Pada pukul 12.40 WIB rombongan Kabaranahan kembali ke Jakarta melalui Bandara Radin Inten II Natar Lampung Selatan.

(TNI AL)

Korps Marinir Mengincar 2S31 Vena Self Propelled Mortar

20 Juni 2016

2S31 Vena Self Propelled Mortar (photos : Vitaly V. Kuzmin)

2S31 Vena Self Propelled Mortar: Mulai Dilirik Untuk Perkuat Artileri Marinir TNI AL

Kekuatan artileri swagerak sudah menjadi ciri Korps Marinir dalam gelar operasinya, sebut saja dari era 60-an ada BM-14/17, berlanjut ke RM70 Grad dan yang terbaru RM70 Vampir. Itu semua masuk ke segmen self propelled MLRS (Multi Launch Rocket System). Lantas bagaimana dengan self propelled gun atau howitzer, seperti yang saat ini terdapat di etalase Atileri Medan TNI AD? Meski belum ada tanda-tanda kea rah penggunaan self propelled howitzer, namun ada kabar terbaru bahwa Korps Baret Ungu ini akan mengadopsi self propelled mortar system.

Kabar ini mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya, terlebih ke penyebutan self propelled (swagerak) mortar system. Pertama analogi yang selama ini tertanam bahwa mortar (mortir) umumnya dikenal sebagai senjata bantu infanteri dengan desain tabung yang ‘simple.’ Kalau pun ada mortir yang ditempatkan di dalam platform kendaraan, seperti misalnya di panser Pindad Anoa 6×6, toh bentuk asli mortir masih nampak jelas, pun pengoperasiannya tak beda dengan mortir konvensional. Tapi lain halnya dengan self propelled mortar system yang bakal melengkapi etalase artileri Marinir ini.


Label produk yang dimaksud adalah 2S31 Vena. Sekilas pandang, 2S31Vena tak ubahnya tank reguler yang sering Anda lihat. Tapi bila ditelaah, pada bagian kubahnya yang digunakan adalah laras mortir 2A51 gun kaliber 120 mm. Karena mengusung laras mortir, memang laras 2S31 tak setebal laras howitzer, begitu pun dalam hal jarak tembak, mortir tidak bisa sejauh tembakan dari howitzer. Mortir dengan larasnya yang halus (smoothbore) dan tekanan penembakan lebih rendah (low pressure), tak ayal menempati posisi sebagai senjata dukungan jarak dekat andalan bagi infanteri.

Korps Marinir TNI AL sejatinya taka sing dengan mortir kaliber besar (120 mm). Di era 60-an, tepatnya pada persiapan Operasi Trikora, Marinir sudah menggunakan M43 120 mm, mortir tarik buatan Rusia yang dilengkapi two wheel carriage. 2S31Vena pun tergolong fleksibel untuk urusan amunisi 120 mm. Vena dapat menembakkan aneka jenis proyektil mortir 120 mm termasuk proyektil mortir standar NATO, dan juga proyektil 120 mm untuk gun/mortar buatan Russia. Jenis-jenis peluru yang dapat ditembakkan diantaranya HEAT, Armor Piercing, HE-Frag, dan Kitolov Laser Guided Munition untuk penembakan presisi jarak jauh.

See full article Indomiliter

Inilah Rahasia Kehebatan Tank Leopard 2RI TNI AD


Leopard 2RI saat debarkasi di Tanjung Priok. (photo : Pussenkav)

Dari sosok luarnya, Leopard 2RI sudah nampak berbeda dibandingkan dengan Leopard 2A4 yang sudah terlebih dahulu datang. Jika Leopard 2A4 tampil mengotak dengan garis-garis tegas, maka Leopard 2RI tampil dinamis dengan modul-modul AMAP menghias hull dan kubah.

Jika setelah sekian lama hanya bisa menduga-duga, selubung misteri Leopard 2RI kini terbuka sudah, dari sosok penampilannya kita bisa menduga opsi kit apa saja yang akhirnya dipilih TNI AD. Tidak semua paket upgrade Leopard Revolution dipilih, hanya yang benar-benar diperlukan saja yang dipasangkan ke tubuh Leopard 2A4 untuk mengubahnya menjadi Leopard 2RI.

Inti dari perlindungan Leopard 2RI adalah lapisan blok komposit AMAP (Advanced Modular Armour Protection) buatan IBD (IngenierBüro Deisenroth)-Deisenroth. Konsepnya adalah perlindungan 360 derajat, dimana Leopard 2 Revolution harus bisa dilindungi dari segala sisi. Hal ini menyesuaikan dengan tren dimana tank digunakan dalam situasi urban, ancaman senjata seperti roket dan rudal antitank jauh lebih mengemuka. IBD Deisenroth membuat proteksi pasif alias proteksi balistik sangat canggih.

Bobot keramik nano ini saat dikonfigurasikan menurut standar proteksi NATO STANAG 4569 Level 3 atau 4/ AEP 55 Level 3. Keping AMAP dibangun dan disusun menjadi blok AMAP-B (Ballistic) yang dipasangkan ke side skirt, glacis, dan keseluruhan kubah termasuk sisi atas dan pangkal laras Leopard 2RI. Panel-panel ini didesain dengan fitur engsel untuk memudahkannya dibuka, dilepas, dan dilakukan perawatan sekaligus penggantian secara terbatas.


Leopard 2 RI (photo : Pussenkav) 

Biarpun bentuk panel AMAP mengotak, sesungguhnya isinya kosong. Ruang kosong memungkinkan energi dan inti panas dari hulu ledak HEAT yang menghantam AMAP untuk menyebar dan tidak menembus kulit asli tank. Lampu sorot depan Leopard 2RI mempertahankan bentuk aslinya yang membulat dan dipasang di atas glacis, beda dengan paket Revolution yang menggunakan lampu LED dan sudah ditanam di glacis.

Di atas glacis terpasang kotak SAS (Situational Awareness System) berupa kamera dengan fitur night vision agar pengemudi dapat mengendalikan kendaraan dengan mudah, tidak lagi mengandalkan blok prisma yang terbatas kemampuannya.

Uniknya, pemasangan AMAP-B tidak diteruskan sampai ke belakang. Pada Leopard 2RI dibiarkan kosong, hanya dipasangi kit track cadangan di sebelah kiri. Paket Revolution menyediakan slat armor alias pagar untuk menangkis RPG-7, tetapi opsi ini tidak dipergoki pada Leopard 2A7. Mungkin karena sifatnya yang sederhana slat armor ini dapat dipasang kemudian oleh PT Pindad sebagai bagian dari ToT alias Transfer Teknologi, sama seperti kontrak yang diterima PT Pindad untuk memasang sistem pendingin udara pada Leopard 2A4.

Di sebelah kanan terdapat kotak yang diduga merupakan inlet dari APU (Auxiliary Power Unit) berupa mesin diesel cadangan yang dapat digunakan memutar kubah. Leopard 2RI dapat beroperasi secara senyap saat mengintai mangsa, mematikan mesin utama dan mengandalkan APU yang suaranya lebih tenang sehingga heat signature Leopard 2RI menurun drastis dan lawan tidak bisa mendengar suara Leo 2RI sampai semuanya sudah terlambat. Varian Leopard 2SG yang diugrade ke standar Evolution oleh Krauss Maffei Wagmann tidak memiliki fitur APU tersebut.


Leopard 2A4 TNI AD (photo : Merdeka)

Untuk sistem senjata, Leopard 2RI tetap mengandalkan meriam 120mm L44, yang tidak diubah. Yang dimodifikasi adalah sistem turret drive yang kini sudah sepenuhnya elektrik, menawarkan keunggulan lebih aman, lebih ajek, dan lebih senyap.
Sistem kubah remote tidak terlihat terpasang pada Leopard 2RI. Juga tidak terpasang pada Leopard 2RI adalah sistem ROSY (Rapid Obscuring System).

Pada dasarnya sistem ROSY merupakan gabungan integral antara IR Jammer/ decoy dan pelontar granat asap, yang bisa memicu pelontaran granat asap secara otomatis apabila terdeteksi adanya rudal antitank atau ancaman lain yang mendekat.

Leopard 2RI masih mengandalkan sistem pelontar granat asap konvensional yang dipasang di kiri-kanan kubah belakang. Paling penting dari sebuah tank adalah, kenyamanannya. Untuk itulah Leopard 2RI sudah dilengkapi sistem pendingin udara yang dipasang di belakang bustle, dengan inlet udara dari sisi atas yang dilindungi kawat baja.

Untuk kamera panoramik, komandan Leopard 2RI masih akan mengintip dari sistem kamera PERI R-17, dimana Leopard 2RI kelihatan tidak mengambil opsi kamera panoramik SEOSS yang ditawarkan dalam paket Revolution.

Leopard 2RI tiba di tanah air pada Senin (23/5) di dermaga Tanjung Priok. Rencananya kedelapan Leopard 2RI akan menghuni Batalion Kavaleri 1/ Tank Badak Ceta Cakti di Cijantung, menggantikan tank mini Scorpion-90.

(Angkasa)