Tampilkan postingan dengan label TNI-AL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TNI-AL. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juni 2016

Pusat Latihan Pertempuran Marinir Teluk Ratai-Lampung Diresmikan

04 Juni 2016

Puslatpur Teluk Ratai sebagai sarana latihan lanjutan aspek laut prajurit marinir yakni renang, dayung, dan menembus gelombang. Selain itu medan belakang pantai yaitu hutan dan perbukitan, cukup ideal dijadikan latihan operasi tempur darat. (photo : Antara)

PADANGCERMIN-- Pusat Lathihan Pertempuran (Puslatpur) Marinir-8 Teluk Ratai, Piabung, diresmikan Komandan Korps Marinir, Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana , Jumat (3/6/2016).

Peresmisan Puslatpur Marinir-8 itu dihadiri Komandan Brigif-3 Marinir Kolonel Werijon, dan juga dihadiri mantan Komandan Brigif-3 Marinir Koloner (Mar) Suherlan dan Kolonel (Mar) Edi Juardi, serta sejumlah perwira Brigif -3.

Mayjen Buyung Lalana mengatakan, peresminan pusat latihan pertempuran Marinr di Teluk Ratai sebagai salah satu satuan pelaksana komando latih marinir (Kolatmar), pada hakikatnya merupakan realisasi dari kebijakan pemimpin TNI Angkatan Laut dalam meningkatkan profesionalitas satuan dan efektivitas pembinaan latihan pertempuran Korps Marinir. 

Buyung menjelaskan, peresmian Puslatpurmar 8 Teluk Ratai, diharapkan mampu menambah kapabilitas Kolatmar dan meningkatkan kemampuan daerah latihan Teluk Ratai dan sekitarnya sebagai kawah candra dimuka prajurit prajurit petarung Korps Marinir.

Letak geografis Teluk Ratai yang strategis berada di ujung selatan Pulau Sumatera, dan berbatasan dengan laut, sehingga cukup memadai sebagai sarana latihan lanjutan aspek laut prajurit marinir yakni renang, dayung, dan menembus gelombang. Selain itu medan belakang pantai yaitu hutan dan perbukitan, cukup ideal dijadikan latihan operasi tempur darat.

Berdasarkan analisis dan beberapa pertimbangan, maka Korps Marinir, merasa perlu segara meresmikan Puslatpur ini, dengan harapan setelah diresmikan dapat dilaksanakan program pembangunan fasilitas sarana dan prasarana serta peningkatan kemampuan Puslatpur 8 Teluk Ratai, jelasnya. 

“Komandan berharap agar segera melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan dan tugas pokoknya, sehingga tugas yang diemban Puslatpurmar 8 Teluk Ratai ini terlaksana dengan baik,” ujar Buyung.

Usai peresmian Puslatpurmar 8 dilanjutkan dengan pelepasan Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana yang akan menempati pos barunya sebagai Staf Ahli Khusus TNI AL di Jakarta dalam rangka persiapan purna bakti.

(Lampung Post)

Inilah Penampakan Ranpur BTR-4 Pesanan Korps Marinir TNI AL

05 Juni 2016

Sosok gahar BTR-4M pesanan Marinir TNI AL. (all photos : National Academy)

Untuk menggantikan ranpur BTR-80A yang sedang digunakan Korps Marinir dalam misi pasukan perdamaian PBB, Kementrian Pertahanan menjatuhkan pilihan pada ranpur BTR-4 buatan Ukraina. Setelah sekian lama tak kedengaran kabar beritanya, sosok BTR-4 pesanan Indonesia tersebut akhirnya tampak jelas sudah. Walaupun sempat diterpa ketidakjelasan, toh wujudnya kini sudah mulai tampak di alam liar.


Dari sosoknya, pabrikan KMDB (Kharkiv-Morozov Design Bureau) rupa-rupanya menghadirkan kejutan. Berbeda dengan BTR-4 pesanan Irak atau untuk kebutuhan dalam negeri Ukraina, pesanan Indonesia tampil lebih berotot dan garang, dengan boks-boks buoyancy untuk menambah kemampuan apung sekaligus berfungsi sebagai perisai lapisan antipeluru tambahan. Walaupun ditambahi berbagai modul tersebut, BTR-4 tetap tampil seimbang dan garang, dengan sistem propeller asli bawaan, tidak seperti ranpur amfibi lokal yang harus menggunakan waterjet segede gaban untuk dapat mengapung dan berenang.


Informasinya, BTR-4M pesanan Korp Marinir ini tampil full spec alias mengadopsi kasta tertinggi dari keluarga BTR-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization. Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan. Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.

Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada produk Barat. Jika melongok ke dalamnya, layoutnya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, bandingkan dengan keluarga BTR-80 yang duduknya saja berpunggung-punggungan sempit. Pasukan bisa keluar dari dua pintu belakang, lagi-lagi unggul dari BTR-80 yang harus keluar dari pintu samping yang sempit dan rawan tembakan dari arah depan.


Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.

Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang. Kursi dapat dipasang berhadap-hadapan atau berpunggung-punggungan, dan dapat diubah oleh pengguna sesuka hati. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.


Sementara untuk sistem senjata, siapa yang tidak percaya pada ketangguhan sistem kubah tanpa awak buatan Ukraina? Republik Rakyat Tiongkok saja membeli kubah Skhval dari Ukraina untuk dipasang pada ranpur-ranpurnya. Untuk BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus! Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran.

Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.


Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.

Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.

(Angkasa)

Indonesia Launches Investigation into Kapitan Pattimura-class Corvette Accident

07 Juni 2016

The Indonesian Navy is investigating an accident that has partially sunk one of its corvettes. No decision has been made on the fate of the stricken ex-East German Navy ship (photo : harianterbit, tempo)

The Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL) has launched a formal enquiry into an accident that has partially sunk one of its Kapitan Pattimura (Parchim I)-class corvettes.

The vessel, KRI Pati Unus, was sailing from the Malacca Strait towards the port of Belawan, Sumatra on 13 May 2016 when it hit an underwater object believed to be the remains of a ship that has wrecked near the port entrance. The TNI-AL only confirmed the incident in late May after images of the stricken vessel spread online.


A TNI-AL Western Fleet (KOARMABAR) source has also since confirmed with IHS Jane's that the corvette was not on an authorised route into the port and that an assessment into the vessel's damage has begun in tandem with accident investigations.

Bearing pennant number 384, Pati Unus is an ex-German Democratic Republic ship that was originally inducted into the East German Navy in July 1983. The vessel was re-commissioned into the TNI-AL in July 1995.

The TNI-AL operated a fleet of 16 ships in the class from the mid-1990s before KRI Memet Sastrawiria (380) was damaged by fire in 2008 and subsequently decommissioned. The service was however not able to comment on the extent of Pati Unus ' damage or confirm if the ship will also be retired.

(Jane's)

Lanal Lhokseumawe Dapat Tambahan Alutsista Baru


Pangkalan TNI AL Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mendapatkan dua tambahan alutsista baru yang dibawa oleh KRI Teluk Cirebon-543, berupa Swamp Boat, yang diturunkan di Pelabuhan Umum Krueng Geukuh, Aceh Utara, Sabtu (4/6). (photo : Antara, Defense Studies)

Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Pangkalan TNI AL Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mendapatkan dua tambahan alutsista baru yang dibawa oleh KRI Teluk Cirebon-543 di Pelabuhan Umum Krueng Geukuh, Kabuopaten Aceh Utara, Sabtu.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Lhokseumawe Kolonel Mar Nasruddin mengatakan, kedatangan KRI Teluk Cirebon adalah untuk mengantarkan dua unit alusista Swamp Boat alusista milik Lanal Lhokseumawe.

Dua alat pendukung pertahanan wilayah perairan tersebut adalah, Swamp Boat, di mana kendaraan tersebut dapat dioperasikan di daerah rawa-rawa yang berair dangkal serta di danau serta sungai.


"Swamp Boat ini merupakan tambahan alusista dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL)," ungkap Dan Lanal.

Ia menjelaskan, Swamp Boad rencananya akan ditempatkan di Pos AL Langsa dan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, karena alat tersebut dapat menjangkau medan yang berat, khususnya rawa-rawa, serta dapat membawa lima pasukan dan dikendalikan oleh seorang juru mudi, sehingga mampu menunjang mobilitas, kegiatan pengamanan wilayah perairan.

Keunggulan Swamp Boat, mampu beroperasi tanpa memerlukan dukungan mekanisme dari lingkungan, seperti air untuk pendingin, tidak memerlukan dukungan pendorong (waterjet propulsion), serta tidak membutuhkan kedalaman air untuk mengakomodir propeller.

Swamp boad dapat melaju di air yang amat dangkal dan keruh, terang Dan Lanal.

Sementara itu, Komandan KRI Teluk Cirebon, Mayor Laut (P) Yustus Nassarius Rossi yang didampingi oleh Kepala Departemen Operasi Letda Arif, mengatakan selain mengantarkan alusista Swamp Boat, juga melakukan operasi pemantaaun keamanan laut.


KRI Teluk Cerebon dilengkapi dengan  meriam laras ganda kaliber 25 mm dan 37 mm, memiliki panjang 90,78 meter, dan lebar 11,12 meter, yakni jenis Landing Ship Tank (LST).

KRI Teluk Cirebon, selain berfungsi untuk mendukung operasi amfibi, mengangkut pasukan pendarat yang akan didaratkan ke pantai, juga mampu mengangkut tujuh tank amfibi dengan ukuran 6-7 meter serta peralatan tempur lainnya.

"KRI Teluk Cirebon bukan termasuk armada tempur maupun pemukul, namun sebagai armada pendarat dan pengangkut logistik," ungkap Mayor Yustus.

Tambahnya lagi, selama berlabuh di Pelabuhan Krueng Geukuh, pihaknya juga mempersilahkan kepada masyarakat dan pelajar yang ingin melihat KRI Teluk Cerebon lebih dekat.

(Antara)

4 Kapal Patroli Buatan Palindo Marine Diserahkan ke TNI AL

18 Juni 2016


Kapal patroli Angkatan Laut (KAL) Bawean adalah kapal kelas PC32 (photos : Bureau Veritas)

4 Kapal Kelas Dunia Buatan Batam Diserahkan ke TNI AL

batampos.co.id – PT Palindo Marine telah merampungkan pembangunan empat kapal patroli pesanan TNI AL. Keempat kapal tersebut akan digunakan oleh jajaran Komando Armada Wilayah Timur (Koarmatim) untuk pengamanan wilayah laut.

Serah terima kapal tersebut dilakukan di komplek PT Palindo Marine, Sagulung, Batam, Kamis (16/6/2016).

“Harapan saya agar hasil karya putra putri bangsa akan terus mendapat kepercayaan dari pemerintah dan TNI AL untuk pembangunan kapal kapal patroli,” kata Direktur PT Palindo Marine Batam, Charles Wirawan.

Dalam kesempatan itu Charles mengatakan, proyek empat kapal patroli tersebut dikerjakan bersama PT Karimun Anugerah Sejati. Ini merupakan proyek yang kesekian kalinya yang dikerjakan PT Palindo Marine.

Dia berharap, pemerintah terus berkomitmen memprioritaskan galangan kapal dalam negeri dalam setiap proyek pengadaan kapal. Khususnya galangan kapal di Batam. Ini sebagai wujud nyata upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.


Charles menambahkan, kualitas produk galangan kapal di Batam tak kalah jika dibandingkan dengan daerah lain, bahkan dibandingkan dengan luar negeri. Khususnya di Palindo Marine, kapal-kapal yang dihasilkan merupakan kapal berkelas dunia.

“Galangan kapal dalam negeri, khususnya Batam, sudah mampu bersaing dengan negara lain,” katanya.

Penyerahan empat kapal patroli TNI AL kemarin langsung diterima oleh Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Mulyadi. Selain menyerahkan kapal, Mulyadi turut mengukuhkan Komandan Pertama masing-masing kapal.

Keempat kapal tersebut terdiri dari KAL Bawean, KAL Kelambau, KAL Wayag, dan KAL Tidore.

Mulyadi mengatakan, penambahan dan penyerahan kapal tersebut dapat secara langsung menambah unsur kekuatan TNI.

“Dengan pengamanan ini secara langsung menambah kekuatan TNI. Termasuk menjaga kemanan perairan Indonesia,” ujar Mulyadi.

Mulyadi menjelaskan, pengadaan kapal tersebut menggunakan anggaran APBN melalui Dinas Material Angkatan Laut. Hal ini bagian rencana strategis (renstra) TNI Angkatan Laut dalam upaya mewujudkan kekuatan Pokok Minimum TNI Angkatan Laut Tahun 2010 sampai dengan 2024.

“Semoga ke depannya kita bisa menambah kapal patroli dengan kerjasama yang baik,” tutupnya. 

(BatamPos)

Rabu, 22 Juni 2016

Pembangunan Kapal LST AT-4 Dimulai




Kapal AT4 adalah kapal LST ke-4 dari kelas LST 117 meter yang dibangun di dalam negeri untuk TNI AL (photo : defence.pk)


Rabu (20/4), pukul 09.00 WIB Kabaranahan Kemhan Laksamana Muda TNI Leonardi tiba di PT. Daya Radar Utama (DRU) Jl. Alamsyah Prawiranegara KM 12 Srengsem Panjang Bandar Lampung. Dalam kunjungan kerjanya ini, Kabaranahan didampingi Komandan Lanal Lampung Kolonel Laut (P) Yana Hardiyana, S.AP. Turut dalam rombongannya itu antara lain Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Mulyadi, Kadislaikmatal, Kadismatal, Kapusada, Kapuslaik, Waasrena Kasal, Kolonel Supriyanto, Kolonel Bambang Siswanto, Herman Afriad. ADC Kabaranahan, Fahmi Irfani. Class LR, Kolonel Sriwidodo, Kolonel Edhi Prasetyo, Kolonel M. Nursyid, Letkol Sulastono dan PNS Agung.

Kedatangan Kabaranahan Kemhan disambut di ruang CNC PT DRU oleh Direktur PT DRU. Amir Gunawan, pimpinan Galangan Kapal PT DRU Harry Pronoto, Komandan Satgas Kolonel Harry Wijajanto, JM Produksi PT DRU Edi Wiyono, Direktur Wil cabang Lampung PT DRU Ajid Gunawan. Kunjungan kerja Kabaranahan beserta rombongan dalam rangka First Steel Cutting Kapal LST AT-4 dan penandatanganan berita acara antara Kabaranahan Kemhan, Aslog Kasal dan Direktur PT DRU.


KRI Bintuni 520, kapal LST AT-3 yang telah dibangun sebelumnya oleh PT DRU (photo : TNI AL)

Dalam sambutannya, Amir Gunawan mengatakan bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, adalah dengan cara penguatan Armada kapal perang. Oleh sebab itu dia bersyukur karena diberi kepercayaan kembali oleh pemerintah Pertahanan Republik Indonesia untuk turut berkontribusi dalam program penguatan Alutsista melalui pembangunan Kapal LST AT -4. Amir menyadari tanpa kepercayaan, binaan dan kerja sama dari kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Laut dan pihak pihak terkait lainnya,sulit bagi dia untuk menghasilkan produk berkualitas.

Di tempat yang sama, Kabaranahan Kemhan Laksda TNI Leonardi menjelaskan bahwa beberapa saat lagi akan dilaksanakan prosesi pemotongan plat pertama ( Steel Cutting) Kapal Angkut Thank untuk TNI AL. Prosesi pemotongan plat ini merupakan salah satu momen penting dimulainya pembangunan struktur badan kapal. Pembangunan satu unit kapal Angkut Thank ini merupakan salah satu bentuk pembinaan industri dalam negeri sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan KRI di masa mendatang.

Setelah acara penyambutan Kabaranahan, dilanjutkan dengan Ceremony First Steel Cutting Kapal AT-4 di Workshop CNC PT. DRU ditandai dengan penekanan tombol sirine. Pada pukul 12.40 WIB rombongan Kabaranahan kembali ke Jakarta melalui Bandara Radin Inten II Natar Lampung Selatan.

(TNI AL)

Korps Marinir Mengincar 2S31 Vena Self Propelled Mortar

20 Juni 2016

2S31 Vena Self Propelled Mortar (photos : Vitaly V. Kuzmin)

2S31 Vena Self Propelled Mortar: Mulai Dilirik Untuk Perkuat Artileri Marinir TNI AL

Kekuatan artileri swagerak sudah menjadi ciri Korps Marinir dalam gelar operasinya, sebut saja dari era 60-an ada BM-14/17, berlanjut ke RM70 Grad dan yang terbaru RM70 Vampir. Itu semua masuk ke segmen self propelled MLRS (Multi Launch Rocket System). Lantas bagaimana dengan self propelled gun atau howitzer, seperti yang saat ini terdapat di etalase Atileri Medan TNI AD? Meski belum ada tanda-tanda kea rah penggunaan self propelled howitzer, namun ada kabar terbaru bahwa Korps Baret Ungu ini akan mengadopsi self propelled mortar system.

Kabar ini mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya, terlebih ke penyebutan self propelled (swagerak) mortar system. Pertama analogi yang selama ini tertanam bahwa mortar (mortir) umumnya dikenal sebagai senjata bantu infanteri dengan desain tabung yang ‘simple.’ Kalau pun ada mortir yang ditempatkan di dalam platform kendaraan, seperti misalnya di panser Pindad Anoa 6×6, toh bentuk asli mortir masih nampak jelas, pun pengoperasiannya tak beda dengan mortir konvensional. Tapi lain halnya dengan self propelled mortar system yang bakal melengkapi etalase artileri Marinir ini.


Label produk yang dimaksud adalah 2S31 Vena. Sekilas pandang, 2S31Vena tak ubahnya tank reguler yang sering Anda lihat. Tapi bila ditelaah, pada bagian kubahnya yang digunakan adalah laras mortir 2A51 gun kaliber 120 mm. Karena mengusung laras mortir, memang laras 2S31 tak setebal laras howitzer, begitu pun dalam hal jarak tembak, mortir tidak bisa sejauh tembakan dari howitzer. Mortir dengan larasnya yang halus (smoothbore) dan tekanan penembakan lebih rendah (low pressure), tak ayal menempati posisi sebagai senjata dukungan jarak dekat andalan bagi infanteri.

Korps Marinir TNI AL sejatinya taka sing dengan mortir kaliber besar (120 mm). Di era 60-an, tepatnya pada persiapan Operasi Trikora, Marinir sudah menggunakan M43 120 mm, mortir tarik buatan Rusia yang dilengkapi two wheel carriage. 2S31Vena pun tergolong fleksibel untuk urusan amunisi 120 mm. Vena dapat menembakkan aneka jenis proyektil mortir 120 mm termasuk proyektil mortir standar NATO, dan juga proyektil 120 mm untuk gun/mortar buatan Russia. Jenis-jenis peluru yang dapat ditembakkan diantaranya HEAT, Armor Piercing, HE-Frag, dan Kitolov Laser Guided Munition untuk penembakan presisi jarak jauh.

See full article Indomiliter